BONUS DEMOGRAFI ITU PELUANG ATAU ANCAMAN?
Apabila timbul pertanyaan mengenai bonus demografi itu peluang ataukah ancaman?
Tentu jawaban yang cocok adalah bonus demografi itu bisa menjadi peluang maupun ancaman.
Kita harus mengetahui terlebih dahulu, apakah itu bonus demografi. Jadi, bonus demografi itu adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktifnya sangat banyak melebihi jumlah penduduk non produktif.
Bagaimana dikatakan seorang penduduk itu produktif? Penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk produktif adalah penduduk dengan rentang usia 15-64 tahun yang mana memiliki peluang dan sanggup untuk berkerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan penduduk non produktif adalah penduduk yang berusia <15 tahun atau >64 tahun, mereka tidak mampu berkerja sehingga bergantung kepada penduduk yang produktif.
Lantas kok bisa terjadi sebuah bonus demografi? Bonus demografi terjadi karena adanya ledakan angka kelahiran pada saat tertentu yang nantinya anak-anak yang lahir bersamaan ini tumbuh menjadi penduduk produktif, sehingga yang terjadi adalah penduduk usia produktif yang sangat banyak.
Lantas apakah ini sebuah peluang ataukah ancaman? Jawabnya adalah bisa peluang bisa ancaman. Bonus demografi menjadi sebuah peluang apablia, penduduk-penduduk yang produktif ini bisa tersalurkan keproduktifannya, yakni mereka dapat bekerja. Jika mereka dapat bekerja, maka angka ketergantungan akan turun drastis dan perekonomian akan membaik, seperti PDB naik, penghasilan pemerintah dari pajak naik, pembangunan lancar, cadangan devisa meningkat, sektor-sektor lancar, dan lain-lain. Contoh negara yang sukses dalam menghadapi bonus demografi adalah negara-negara G8. Di Asia contohnya Korea Selatan dan Jepang, mereka mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup, inovasi industri, dan masyarakatnya yang sangat mencintai produk dalam negri.
Namun, jika bonus demografi ini gagal dikendalikan, maka bisa dibayangkan apa yang terjadi. Mereka yang seharusnya bekerja, tapi wadah untuk menampung tidak ada, maka pengangguran yang terjadi. Angka pengangguran meningkat. Jika pengangguran banyak, angka kertergantungan juga meningkat. Pengangguran merupakan cerminan dari ketimpangann sosial. Jika ketimpangan sosial atau rasio gini tinggi, tidak dipungkiri kejahatan-kejahatan seperti pencurian, kriminalitas, slum dikota-kota, angka harapan hidup kecil, pendidikan rendah, dan kejelekan-kejelekan lain. Hii menakutkan sekali ya. Contoh negara yang gagal dalam menghadapi bonus demografinya adalah Filipina, Brazil, Afrika selatan, dan Mesir. Negara-negara tersebut gagal menghadapi bonus demografi rata-rata dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan, infrastruktur kurang memadai, dan tingkat pendidikan masyarakat rendah. Negara-negara tersebut terjebak dalam middle income trap, yakni terjebak dalam income negaranya yang stagnan.
Tentu jawaban yang cocok adalah bonus demografi itu bisa menjadi peluang maupun ancaman.
Kita harus mengetahui terlebih dahulu, apakah itu bonus demografi. Jadi, bonus demografi itu adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktifnya sangat banyak melebihi jumlah penduduk non produktif.
Bagaimana dikatakan seorang penduduk itu produktif? Penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk produktif adalah penduduk dengan rentang usia 15-64 tahun yang mana memiliki peluang dan sanggup untuk berkerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan penduduk non produktif adalah penduduk yang berusia <15 tahun atau >64 tahun, mereka tidak mampu berkerja sehingga bergantung kepada penduduk yang produktif.
Lantas kok bisa terjadi sebuah bonus demografi? Bonus demografi terjadi karena adanya ledakan angka kelahiran pada saat tertentu yang nantinya anak-anak yang lahir bersamaan ini tumbuh menjadi penduduk produktif, sehingga yang terjadi adalah penduduk usia produktif yang sangat banyak.
Lantas apakah ini sebuah peluang ataukah ancaman? Jawabnya adalah bisa peluang bisa ancaman. Bonus demografi menjadi sebuah peluang apablia, penduduk-penduduk yang produktif ini bisa tersalurkan keproduktifannya, yakni mereka dapat bekerja. Jika mereka dapat bekerja, maka angka ketergantungan akan turun drastis dan perekonomian akan membaik, seperti PDB naik, penghasilan pemerintah dari pajak naik, pembangunan lancar, cadangan devisa meningkat, sektor-sektor lancar, dan lain-lain. Contoh negara yang sukses dalam menghadapi bonus demografi adalah negara-negara G8. Di Asia contohnya Korea Selatan dan Jepang, mereka mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup, inovasi industri, dan masyarakatnya yang sangat mencintai produk dalam negri.
Namun, jika bonus demografi ini gagal dikendalikan, maka bisa dibayangkan apa yang terjadi. Mereka yang seharusnya bekerja, tapi wadah untuk menampung tidak ada, maka pengangguran yang terjadi. Angka pengangguran meningkat. Jika pengangguran banyak, angka kertergantungan juga meningkat. Pengangguran merupakan cerminan dari ketimpangann sosial. Jika ketimpangan sosial atau rasio gini tinggi, tidak dipungkiri kejahatan-kejahatan seperti pencurian, kriminalitas, slum dikota-kota, angka harapan hidup kecil, pendidikan rendah, dan kejelekan-kejelekan lain. Hii menakutkan sekali ya. Contoh negara yang gagal dalam menghadapi bonus demografinya adalah Filipina, Brazil, Afrika selatan, dan Mesir. Negara-negara tersebut gagal menghadapi bonus demografi rata-rata dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan, infrastruktur kurang memadai, dan tingkat pendidikan masyarakat rendah. Negara-negara tersebut terjebak dalam middle income trap, yakni terjebak dalam income negaranya yang stagnan.
Comments
Post a Comment