Apakah Indonesia Perlu Menjadi Negara Maju?

Foto : Kesenjangan umum terjadi pada negara berkembang

Sebelum membahas pokok dari bahasan kita, mari kita ketahui terlebih dahulu bagaimanakah ciri-ciri dari negara berkembang dan negara maju.

A.Negara Maju

Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi.
Ciri-ciri :
1. Pertanian termasuk peternakan dan perikanan untuk industrialisasi, dijual, diekspor.
2. Aktivitas perekonomian menggunakan sarana dan prasarana modern.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang industrialisasi secara cepat.
4. Pendapatan rata-rata penduduk tinggi.
5. Pendidikan dan keterampilan penduduk cukup tinggi.
6. Sifat kemandirian masyarakatnya tinggi.
7. Tidak tergantung pada alam.
8. Tingkat pertumbuhan penduduk rendah
9. Angka harapan hidup tinggi.
10. Intensitas mobilitas tinggi.

B.Negara Berkembang
Negara berkembang adalah negara yang rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan atau kualitas hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.
Ciri-ciri:
1. Pertanian termasuk peternakan dan perikanan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga.
2. Pada umumnya aktivitas masyarakat menggunakan sarana dan prasarana tradisional.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan pengalaman dan lamban.
4. Pendapatan relatif rendah.
5. Pendidikan penduduknya rata-rata rendah.
6. Sifat penduduk kurang mandiri.
7. Sangat tergantung pada alam.
8. Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi
9. Angka harapan hidup rendah.
10. Intensitas mobilitas rendah.

Cita-cita menjadi Negara maju tentunya merupakan impian dari setiap Negara tidak terkecuali Indonesia. Negara kita begitu kaya akan sumber daya alam yang lebih dari cukup untuk menjadikan kita Negara maju jika dibandingkan dengan Negara yang hanya mengandalkan sumber daya manusia seperti Singapura. Namun apa yang salah dengan negeri ini? Kenapa kita menjadi bangsa yang begitu lambat berkembang?

Ada beberapa hal yang saya yakini telah kita semua sadari

1. Di negeri ini kesenjangan sosial dan ekonomi antara yang kaya dan miskin begitu jauh. Mengapa demikian? Karena di negeri ini kita di bentuk untuk mengutamakan pendidikan. Jika ingin bekerja dengan penghasilan yang layak kita harus memiliki gelar akademik. Setiap orang akhirnya berlomba-lomba untuk kuliah dan mencari gelar bahkan banyak yang mengambil jalan pintas untuk membeli gelar. Tujuannya hanya untuk mendapat gaji yang layak dan pengakuan dari masyarakat. Sangat disayangkan begitu banyak orang yang tidak mampu kuliah dikarenakan masalah ekonomi akhirnya semakin miskin dengan pekerjaan terbatas yang bisa mereka cari. Ada begitu banyak dampak buruk dari pola hidup seperti ini. Salah satunya adalah semakin tingginya kecemburuan sosial dan arogansi masyarakat yang memiliki level ekonomi yang lebih tinggi. Banyak orang kaya yang akhirnya merasa bisa membeli semua hal dan merasa kebal hukum. Pekerjaan seperti cleaning service dipandang sebelah mata karena peghasilan yang begitu kecil yang diperoleh jika menekuni profesi ini.

Sampai kapanpun Indonesia tetap akan seperti sekarang jika tidak ada pemimpin yang suatu saat berani melakukan terobosan besar untuk merubah sistem penggajian dan penerapan upah minimum di Negara ini. Mari kita lihat seperti apa Negara maju menerapkan sistem penggajian bagi pekerjanya. Rata-rata gaji cleaning service di Australia berkisar $22/jam jika bekerja rata-rata 6 jam per hari selama 5 hari seminggu maka cleaner tsb bisa membawa pulang $660/minggu. Mobil bekas dalam keadaan baik bisa di beli rata-rata dengan harga $1,500. Gaji 1 bulan sudah hampir mencukupi untuk membeli kendaraan. Dengan bekerja sehari sudah bisa memiliki uang yang cukup untuk belanja makanan seminggu. Dengan system ini setiap profesi di Australia memiliki nilai penghargaan yang tinggi. Tidak ada orang yang merasa pekerjaannya tidak dihargai dan kesenjangan sosial dengan sendirinya menjadi sangat tipis bahkan tidak terasa. Hampir semua rumah terlihat sama, tidak pernah  ditemukan gubuk yang terletak disebelah istana.

2. Indonesia tergolong Negara yang mengelompokkan penduduk berdasarkan agama. Akhirnya KTP kitapun dicantumkan agama kita. Saya sangat tidak menyetujui metode ini karena agama adalah sebuah keyakinan pribadi kita. Ini adalah hal privasi kita sebagai pemeluk agama. Konflik yang terjadi di Indonesia atas nama agama terjadi dikarenakan pemerintah kita telah membiarkan agama menjadi pemisah grup masyarakat. Untuk apa agama dicantumkan di KTP dan di tanyakan di hampir setiap pengurusan dokumen Negara yang berujung pada pertanyaan yang hampir selalu di pertanyakan dalam proses perekrutan pekerjaan. Alangkah lebih baik jika semua cukup di satukan dengan status warga Negara Indonesia tanpa perlu memisahkan kita berdasarkan agama. Kedepannya ketika memilih pemimpin kita tidak perlu melihat agama apa calon pemimpin kita, ataupun kita tidak perlu melihat agama apa calon karyawan kita. Profesionalisme yang harus diutamakan jika ingin meningkatkan kualitas bangsa ini.

3. Pemeberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya melalui hukuman yang diperberat dan penguatan  lembaga seperti KPK. Tetapi peluang terjadinya korupsi itulah yang harus diminimalkan sekecil mungkin. Jika semua urusan administrasi Negara dilakukan online, transparan dan terdata dengan rapi maka pihak-pihak yang hobby melakukan korupsi akan berpikir seribu kali untuk melakukan korupsi. Sudah saatnya kita menerapkan sistem tilang kendaraan bermotor yang melebihi kecepatan dengan speed camera, pendataan penduduk menyeluruh secara online. Pengurusan perijinan usaha dan lain-lain secara online. Birokrasi Negara kita masih banyak urusan yang sebenarnya mudah tetapi dipersulit. Yang tentunya menimbulkan hal-hal seperti uang pelicin jika ingin tidak diperlambat.

4. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sangat rendah. Ini bisa terlihat dari sampah yang bertebaran dimana-mana. Selain itu fasilitas umum yang sering di rusak. Apakah masyarakat yang sepenuhnya bersalah? Kesalahan ini tetap berakar dari pemerintah. Jika pemerintah mampu menciptakan lowongan pekerjaan dan upah minimum yang layak untuk hidup di setiap daerah, maka kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan akan meningkat dengan sendirinya.

5. Sektor pendidikan yang masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga. Menurut data yang dihimpun oleh Prof. Hendra Gunawan dari ITB, 5 universitas di Indonesia yang paling produktif dalam riset menurut scopus pada tanggal 01/08/2016 adalah:

     - Institut Teknologi Bandung                                 : 6048

     - Universitas Indonesia                                            : 4810

     - Universitas Gadjah Mada                                     : 3616

     - Institut Pertanian Bogor                                       : 2288

     - Institut Teknologi Sepuluh November               : 1775

Jika melihat jumlah publikasi ITB yang paling produktif berjumlah 6048 publikasi. Apakah ini cukup banyak untuk bersaing di level internasional? Jika dibandingkan dengan UKM Malaysia ditanggal yang sama, maka UKM Malaysia melakukan publikasi sebanyak 24633. Data lengkap bisa dilihat di link berikut .

Tentunya tertinggalnya sektor pendidikan kita bukan karena kita tidak mampu tetapi sistem yang di terapkan di Negara ini yang perlu dirubah. Seorang dosen rata-rata diwajibkan mengajar 12 sks dan jika dirata-ratakan 1 mata kuliah 3 sks maka dosen bisa mengajar 4 mata kuliah. Bahkan ada yang mengambil diatas 16 sks. Apakah pengajaran seperti ini efektif? Rata-rata dosen di Australia hanya mengajar 1 sampai 2 mata kuliah per semester. Sisanya di alokasikan untuk penelitian demi mencari hal-hal baru yang bisa berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Kita sudah terbentuk untuk hanya melakukan pengulangan demi pengulangan materi yang di bawakan dengan kurang di dorong untuk menemunkan hal-hal yang baru.

Inisiatif pemerintah untuk meningkatkan jumlah publikasi melalui penyediaan penghargaan publikasi ilmiah internasional LPDP yang dapat mencapai Rp.100.000.000,-/ publikasi sangat di apresiasi. Yang menjadi masalah adalah apakah tawaran ini bisa raih dosen-dosen kita tanpa adanya pengembangan kapasitas, dukungan dana dan penerapan sistem yang menunjang dosen di dalam melakukan penelitian?

Apakah dosen masih sanggup meneliti dengan efektif jika dibebankan dengan mata kuliah yang begitu banyak dan dana penelitian yang minim? Dosen di Indonesia juga dibebankan dengan pengabdian masyarakat yang sangat penting. Oleh karena itu sangat perlunya dilakukan revisi sistem pendidikan di negeri ini yang akan mampu mendorong daya juang bangsa di sektor pendidikan khususnya perguruan tinggi kedepannya.

6. Kebutuhan mendasar seperti air minum yang masih harus dibeli. Negara kita seharusnya mulai berpikir untuk bagaimana bisa menyediakan kebutuhan dasar gratis bagi masyarakatnya. Bukan hanya kesehatan gratis dan pendidikan gratis tetapi pengolahan PDAM kita sudah seharusnya di tingkatkan standarnya. Seluruh air yang disalurkan ke masyarakat harusnya sudah layak minum. Sangat lucu jika pengeluaran kita untuk air minum yang merupakan sumber daya alam terbarukan lebih besar dari pada pengeluaran kita untuk sumber daya alam yang akan habis seperti minyak bumi.

7, Perbedaan sistem perekrutan pejabat pemerintahan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja instansi-instansi pemerintahan. Masih banyak gubernur, bupati dan walikota yang memberlakukan sistem penempatan pejabat berdasarkan pertimbangan mereka. Sementara sistem lelang jabatan yang mampu menampung calon pejabat bersih dan berkompetensi tinggi tidak mau di terapkan. Lucunya masih ada pemimpin yang menempatakan pejabat bukan karena kemampuan pejabat di bidang tersebut melainkan hanya di karenakan strategi politik yang menguntungkan pemimpin tsb.

Munculnya pemimpin-pemimpin yang sudah memiliki visi hebat yang sudah memberi bukti harusnya kita dukung untuk terus membangun negeri ini kedepannya. Telah kita lihat bahwa bangsa telah berkembang ke  arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya.

Comments

Popular Posts